HomeArtikelBlogMengapa perempuan di bidang STEM kurang terwakili?

Mengapa perempuan di bidang STEM kurang terwakili?

Kurangnya representasi perempuan di bidang STEM merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait. Faktor-faktor ini mencakup ekspektasi masyarakat, pengalaman pendidikan, lingkungan tempat kerja, dan pilihan pribadi. Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa jumlah perempuan yang bekerja di bidang STEM relatif sedikit:

 

Faktor sosial dan budaya

Stereotip yang terus-menerus yang menunjukkan bahwa laki-laki lebih cocok untuk karier di bidang STEM daripada perempuan dapat membuat anak perempuan dan perempuan muda enggan menekuni bidang ini. Sejak usia dini, pesan masyarakat sering kali menggambarkan STEM sebagai disiplin ilmu yang “maskulin”. Visibilitas perempuan yang sukses di bidang STEM terbatas, yang menyebabkan kurangnya panutan bagi anak perempuan. Melihat sedikitnya perempuan dalam peran di bidang STEM dapat memperkuat keyakinan bahwa bidang ini tidak cocok untuk mereka.

 

Hambatan pendidikan

Guru dan materi pendidikan terkadang menunjukkan bias yang lebih memihak anak laki-laki dalam mata pelajaran STEM. Hal ini dapat mengakibatkan anak perempuan menerima lebih sedikit dorongan dan dukungan di bidang ini. Penelitian telah menunjukkan bahwa anak perempuan sering kali meremehkan kemampuan mereka dalam matematika dan sains, bahkan ketika kinerja mereka setara atau melebihi anak laki-laki. Kesenjangan kepercayaan diri ini dapat menghalangi mereka untuk mengejar karier di bidang STEM.

Lingkungan tempat kerja

Tempat kerja di bidang STEM terkadang tidak ramah atau tidak bersahabat bagi perempuan, ditandai dengan “budaya bro” atau kurangnya inklusivitas. Hal ini dapat menyulitkan perempuan untuk berkembang atau bahkan bertahan di lingkungan ini. Perempuan di bidang STEM sering menghadapi berbagai bentuk diskriminasi yang halus dan terbuka, termasuk bias dalam perekrutan, promosi, dan kesenjangan gaji. Tantangan-tantangan ini dapat berkontribusi pada tingginya tingkat putus sekolah di kalangan perempuan dalam karier di bidang STEM.

Kemajuan karier dan keseimbangan kehidupan kerja

Perempuan di bidang STEM mungkin menghadapi hambatan yang membatasi kemajuan karier mereka. Mereka sering kali kurang terwakili dalam posisi kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Karier di bidang STEM dapat menuntut, dan perempuan sering kali memikul tanggung jawab keluarga dan pengasuhan yang tidak proporsional. Kurangnya pengaturan kerja yang fleksibel dapat menyulitkan perempuan untuk menyeimbangkan kehidupan profesional dan pribadi mereka.

Persepsi dan minat

Penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan dan laki-laki mungkin mengembangkan minat yang berbeda sejak dini, yang dipengaruhi oleh harapan dan paparan masyarakat. Anak perempuan mungkin kurang mendapat dorongan untuk terlibat dalam kegiatan STEM, yang menyebabkan lebih sedikit perempuan yang mengembangkan minat berkelanjutan di bidang ini. Perempuan mungkin memilih keluar dari bidang STEM karena persepsi bahwa karier ini tidak sejalan dengan minat atau identitas mereka. Mereka mungkin juga takut tidak cocok atau menjadi minoritas di lingkungan yang didominasi laki-laki.

 

Faktor kelembagaan dan kebijakan

Sering kali terdapat kurangnya dukungan kelembagaan untuk perempuan di bidang STEM, termasuk program bimbingan, peluang jaringan, dan inisiatif untuk mempromosikan keberagaman dan inklusi. Jalur pendidikan yang mengarah ke karier STEM bisa bocor, dengan lebih sedikit perempuan yang mengejar gelar lanjutan di bidang STEM. Hal ini dapat disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor yang disebutkan di atas, termasuk keputusasaan awal dan kurangnya dukungan.

 

Bagaimana kita dapat mengatasi masalah ini?

 

Upaya untuk meningkatkan jumlah perempuan di bidang STEM harus dilakukan secara multifaset, dengan mengatasi akar penyebabnya di berbagai tingkatan:

  • Mempromosikan panutan yang positif: Menyoroti dan merayakan perempuan yang sukses di bidang STEM dapat menginspirasi dan mendorong anak perempuan muda untuk menekuni bidang ini. 
  • Intervensi pendidikan: Sekolah dan pendidik dapat bekerja untuk melawan bias gender, memberikan dorongan yang setara, dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
  • Reformasi tempat kerja: Perusahaan dan lembaga dapat menerapkan kebijakan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan mendukung, seperti program bimbingan, pelatihan keberagaman, dan pengaturan kerja yang fleksibel.
  • Perubahan kebijakan: Pemerintah dan organisasi dapat mengadvokasi kebijakan yang mempromosikan kesetaraan gender dalam STEM, termasuk pendanaan untuk program dan penelitian STEM yang berfokus pada perempuan.

Dengan menangani faktor-faktor ini secara komprehensif, adalah mungkin untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif yang mendorong dan mendukung perempuan di bidang STEM.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *