HomeRole ModelEvan Lysandra, ST., MSc.

Evan Lysandra, ST., MSc.

  • Kapan pertama kali Ibu/Anda memutuskan untuk belajar dan berkarir di bidang STEM?

Saya lahir di keluarga yang memiliki background di bidang engineering. Saya pertama kali memutuskan untuk belajar dan berkarir di bidang STEM saat remaja, sekitar usia SMP. Waktu itu, saya mulai tertarik pada helikopter dan bagaimana benda tersebut bisa terbang meskipun bentuknya berbeda dari pesawat. Rasa penasaran itu mendorong saya untuk lebih mendalami dunia penerbangan dan teknologi di baliknya. Sejak saat itu, saya mulai yakin bahwa saya ingin menekuni bidang engineering. Saya Pun tertarik untuk mengejar studi di bidang penerbangan, dan saya pun melanjutkan kuliah di Teknik Penerbangan di ITB, kemudian melanjutkan ke jenjang S2 di bidang yang sama. Namun, saat mulai mengeksplorasi peluang, saya bertemu dengan orang-orang yang ahli di bidang AR, VR, dan IoT. Kami mulai mengerjakan software pemrograman untuk solusi industri. Saat itu saya dihadapkan pada pilihan, apakah saya ingin bekerja di industri penerbangan atau mencoba berwirausaha di bidang IT. Akhirnya, saya memilih untuk membuat bisnis di bidang AR dan VR, khususnya untuk keperluan industri, karena saya merasa lebih paham di bidang engineering. 

  • Apakah yang mendorong Anda untuk belajar dan berkarir di bidang STEM?

Sejak kecil, saya sudah terbiasa dengan dunia engineering karena keluarga saya, khususnya Papa karena ia bekerja di industri manufaktur spare part. Saya sering diajak untuk memahami bagaimana pekerjaan seorang engineer dan proses pemecahan masalah dalam dunia teknik. Hal ini membuat saya tertarik pada bidang engineering dan teknologi. Ketertarikan ini mendorong saya untuk belajar lebih dalam tentang penerbangan, yang akhirnya membawa saya ke jurusan Teknik Penerbangan. Saat kuliah, saya menyadari bahwa di dunia penerbangan, semua kalkulasi dan perhitungan teknis memerlukan pemrograman, tidak ada yang bisa dilakukan secara manual. Hal ini memperluas wawasan saya tentang pentingnya STEM, terutama di bidang teknologi dan pemrograman. Ketika lulus, saya melihat peluang di bidang software development, khususnya di AR dan VR yang bisa diaplikasikan di industri. 

  • Bagaimanakah sistem dukungan untuk perempuan dalam menekuni dan berkarier di bidang STEM di Indonesia?

Di Indonesia, dukungan untuk perempuan di bidang STEM belum merata. Saya merasa beruntung di lingkungan kampus saya, dimana perempuan tidak dimarjinalkan di bidang ini. Namun, di beberapa daerah, terutama di luar kota besar, masih ada kesenjangan dan stigma bahwa STEM lebih cocok untuk laki-laki. Padahal, perbedaan ini hanya berdasarkan stereotip, karena tantangan di bidang STEM bisa dihadapi baik oleh pria maupun wanita. Edukasi lebih lanjut sangat diperlukan untuk mengatasi stigma tersebut. Dalam wirausaha, saya juga melihat bahwa meskipun ada tantangan di awal, terutama dalam coding dan implementasi, semuanya akan menjadi lebih mudah dengan pengalaman dan konsistensi.

  • Apakah faktor-faktor kunci kesuksesan Anda dalam berkarir di bidang STEM?

Faktor kesuksesan saya sebenarnya tidak lepas dari menghadapi masalah. Saya pun mengalami banyak tantangan, terutama saat memulai usaha. Pada awalnya, saya tidak tahu produk apa yang akan dikembangkan, dan perjalanan itu tidak mudah. Namun, seiring berjalannya waktu, setiap masalah yang muncul pasti selalu memiliki jalan keluarnya. Tidak serta merta ketika ada kesulitan, semuanya menjadi mustahil. Dengan tekad dan kesabaran, lambat laun jalan semakin jelas. Jika berhenti di tengah kesulitan, kita tidak akan mencapai apa-apa. Jadi, penting untuk terus maju, meski menghadapi tantangan.

  • Tips apa yang bisa Anda berikan untuk perempuan yang menekuni dan berkarier di bidang STEM?

Berkarir di bidang STEM bagi perempuan mungkin akan menghadapi beberapa tantangan, termasuk stigma. Meski demikian, jika memang tertarik di bidang ini, jangan ragu untuk melanjutkannya. jangan khawatir kalau memang teman-teman senang di bi bidang STEM jalanin aja nggak usah khawatir kalau mengalami hambatan semua hambatan itu ada waktunya dijalanin aja pasti selesai cuman nggak tahu kapan ya tapi pelan-pelan dijalanin pasti ada waktunya selesai hambatannya. Hambatan pasti ada, tapi semua bisa diselesaikan seiring waktu. Jika lapangan pekerjaan terbatas atau tidak sesuai, selalu ada opsi untuk menciptakan usaha sendiri, terutama karena peluang di bidang STEM masih sangat luas. Memang tidak mudah, tapi dengan tekad dan konsistensi, pasti bisa tercapai.