- Kapan pertama kali Ibu/Anda memutuskan untuk belajar dan berkarir di bidang STEM?
Semua itu bermula ketika Alm ayah saya yang adalah seorang dokter yang ingin mewariskan ilmunya dan juga ingin mewariskan satu perpustakaan kecil di rumah kami yang isinya teksbook-teksbook milik beliau. Pada zaman itu tidak ada buku-buku elektronik semuanya dalam bentuk buku teksbook yang besar-besar dan bagus-bagus. Jadi ayah saya lah yang mendaftarkan saya ke fakultas kedokteran dan sejak saat itu, saya mulai belajar di fakultas kedokteran yang tentu saja mata pelajarannya banyak berkaitan dengan subjek-subjek di bidang STEM.
- Apakah yang mendorong Anda untuk belajar dan berkarir di bidang STEM?
Sejak kecil saya terbiasa diajak oleh ayah saya untuk tugas jaga di rumah sakit atau menemani beliau berkunjung ke rumah-rumah pasien yang harus dikunjungi yang tidak bisa ke tempat prakteknya atau ke rumah sakit. Saya melihat ada satu kampung kecil di dekat lokasi praktek ayah saya, banyak sekali anak-anak kecil yang dinamai sama dengan nama ayah saya itu lah salah satu sumber inspirasi dan dorongan bagi untuk menjadi seperti ayah saya saya bahwa seorang dokter bukan hanya mendiagnosa dan mengobati pasien, tetapi memberikan dampak yang lebih besar dampak sosial bagi pasien-pasiennya dan keluarganya. Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan karir dan juga pola pengasuhan keluarga yang tidak membeda-bedakan gender dalam pemilihan karir dan studi, itu juga mendorong perempuan untuk belajar atau berkarir di bidang STEM.Dorongan lain datang dari mentor saya yaitu atasan saya pada saat saya meniti karir di industri farmasi. Beliau lah yang mendorong dan membimbing saya untuk keluar dari zona nyaman saya. Lama saya berkarir di Indonesia beliau mengatakan harus berkarir di dunia luar dan mendorong saya berkarir di luar Indonesia. Beliau adalah mentor seperti mentor yang lain, beliau selalu membagi ilmunya juga membimbing saya pada saat saya mengalami tantangan dan juga sering kali memberi feedback atau atau input yang tidak selalu mengenakan.
- Bagaimanakah sistem dukungan untuk perempuan dalam menekuni dan berkarier di bidang STEM di Indonesia?
Lebih relevan untuk saya memberikan perspektif dari sisi industri karena saya cukup lama berkarir di bidang industri terutama di bidang industri yang saya masuki yaitu di industri farmasi. Berita baiknya adalah banyak perusahaan-perusahaan global yang sudah mencanangkan target diversity dan inclusion, keragaman dan inklusi termasuk dalam proporsi perempuan dalam tingkat senior eksekutif. Perusahaan-perusahaan tersebut mentargetkan 30 bahkan 40% posisi senior harus diduduki oleh wanita.Berbicara pada konsep di Indonesia, sayangnya tidak semua perusahaan di Indonesia memberikan kemudahan bagi seorang perempuan untuk menjalankan karirnya sebagai seorang ibu, misalnya fasilitas penitipan anak atau child care atau ruang menyusui atau juga fleksibilitas dalam waktu kerja untuk ibu belum semua dilakukan. Jadi untuk mendorong para perempuan untuk mau berkarir di Industri, seharusnya banyak kemudahan bagi wanita misalnya fasilitas penitipan anak, waktu yang fleksibel sehingga bisa menjalankan fungsinya sebagai ibu. Hal lainya mungkin gaji atau remunerasi yang tidak ada batasnya apalagi banyak industri yang berkaitan dengan STEM banyak didominasi oleh laki-laki.
- Apakah faktor-faktor kunci kesuksesan Anda dalam berkarir di bidang STEM?
Banyak kesuksesan dan lebih banyak lagi kegagalan atau kekecewaan yang saya alami sehingga saya menjadi pribadi yang seperti saat ini karena saya belajar lebih banyak dari kegagalan saya untuk menjadi lebih baik dan berusaha tidak mengulangi kegagalan tersebut. Untuk saya ada tiga komponen penting untuk menjadi seorang pemimpin, yang pertama adalah berpegang teguh pada nilai-nilai pribadi, yang kedua adalah terus mengasa kompetensi kepemimpinan dan tentunya terus mengumpulkan pengalaman operasional dari sehari-hari. Saya bisa berbagi nilai-nilai pribadi yang saya pegang teguh, yaitu ketangguhan, ketekunan dan semangat. Resiliensi persistence and passion, selai itu integritas sangat diperlukan dan yang lebih penting lagi adalah stay humble. Menjadi seorang pemimpin bagi saya adalah seseorang yang bisa membuat visi dan membawa orang-orang disekitar kita untuk bersama-sama mencapai tujuan itu, dan juga menjadi panutan dan role model sehingga orang mau mengikuti kita dan kita memperlakukan orang seperti kita ingin diperlakukan, selain itu juga adalah membuat keputusan-keputusan yang sulit harus bisa menjadi seorang pemimpin dan juga membuat sesuatu yang kompleks menjadi mudah dan yang paling penting yang selalu saya pegang adalah selalu mempunyai keinginan yang tulus untuk membangun hubungan atau interaksi dengan orang-orang disekitar kita.
- Tips apa yang bisa Anda berikan untuk perempuan yang menekuni dan berkarier di bidang STEM?
Jadi sekarang bagi adik-adik bagi rekan-rekan perempuan muda yang ingin meniti karir di industri atau atau di bidang STEM yang didominasi oleh laki-laki ini adalah prinsip simple yang saya bisa berbagi sesuatu yang simple tapi untuk saya sangat powerfull, tiga hal yang sangat simple yaitu take accountability, take charge and exit expectation. Mengambil tanggung jawab sepenuhnya, memimpin dan melakukan yang terbaik lampaui goal target atau ekspetasi yang sudah diberikan. Dalam segi kinerja dan dalam segi komitmen saya selalu percaya pada suatu pepatah katanya ‘It doesn’t matter where you start, what matters is where you finish‘ jadi, terlepas dari gender kita, ras kita atau latar belakang pendidikan kita tidak terlalu masalah dari mana kita asalnya atau kita mau mulai tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita mencapai hasil akhir yang baik.
“Take accountability, take charge and exit expectations. Mengambil tanggung jawab sepenuhnya, memimpin dan melakukan yang terbaik, lampaui goal, target atau ekspetasi yang sudah diberikan”