HomeRole ModelProf. Ir. Felycia Edi Soetaredjo, S.T., M.Phil., Ph.D., IPU., ASEAN Eng.

Prof. Ir. Felycia Edi Soetaredjo, S.T., M.Phil., Ph.D., IPU., ASEAN Eng.

  • Kapan pertama kali Ibu/Anda memutuskan untuk belajar dan berkarier di bidang STEM?
    Saya awalnya tertarik pada STEM sejak SD. Waktu itu di belakang rumah saya terdapat sebuah sungai, Air sungainya itu bersih, tetapi pada waktu tertentu itu ada ikan yang mengapung. Karena waktu itu masih kscil, saya berpikir itu suatu berkat bahwa ikan bisa mengapung sehingga orang gampang menangkapnya, tetapi ketika saya beranjak dewasa, saya menyadari bahwa ada ada pabrik di sekitar rumah saya melepas atau mengalirkan air limbahnya sehingga ikan-ikan menjadi mabuk dan mengapung. Pada saat itu saya mulai peduli terhadap sungai yang makin lama makin dangkal dan menjadi sangat kotor. Saya yang suka dengan mata pelajaran biologi, fisika dan kimia ingin terus di bidang itu. Jadi itu yang pertama kali yang membuat saya pengen terus di bidang STEM.

  • Apakah yang mendorong Anda untuk belajar dan berkarir di bidang STEM?
    Dengan mengamati kondisi air di lingkungan tempat tinggal saya yang semakin hari semakin dangkal dan kotor, telah mendorong saya untuk berkarir di bidang STEM.
    Dorongan lainnya adalah motivasi dari mentor saya yang memberikan banyak bimbingan bagaimana STEM itu bisa berkarir di kemudian hari dan juga sharing tentang bagaimana sosok seorang dosen? sudah seharusnya sebagai dosen harus meneliti, iyakan? Dan saya suka dengan penelitian yang kemudian dari hasil penelitian tersebut bisa di sharing kepada mahasiswa serta dari penelitian itu bisa  menjangkau masyarakat melalui pengabdian masyarakat. 
  • Bagaimanakah sistem dukungan untuk perempuan dalam menekuni dan berkarier di bidang STEM di Indonesia?
    Di Indonesia, jika saya mengamati sudah banyak berkembang dibandingkan yang dulu, mulai dari sistem pendidikan, kurikulum kemudian bagaimana pemerintah juga mulai menyediakan fasilitas-fasilitas laboratorium misalnya, di BRIN atau PTN-PTN yang besar yang didukung dengan fasilitas laboratorium oleh dana pemerintah yang cukup besar sehingga bisa berkolaborasi antar perguruan tinggi.
    Pemerintah bisa mendukung perempuan berkarir di bidang STEM adalah salah satunya menyetarakan sistem pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Dengan luasnya wilayah negara, pemerintah memiliki tantangan tersendiri untuk bisa menyetarakan sistem pendidikan, karena melalui pendidikan bisa memberikan dorongan untuk perempuan berkarir di bidang STEM.
    Saya pernah berdiskusi mengenai bagaimana orang-orang, misalnya di daerah tertentu yang lebih dangkal itu mempunyai Image bahwa ” anak perempuan gak usah di bidang STEM, anak perempuan nanti bakalan menjadi istri. Jadi gak perlu dibidang STEM harusnya cuman sekolah dibidang ini aja atau cuman SD cukup” Nah itukan harus diubah paradigma seperti itu atau budaya seperti itu kepada anak perempuan. Hal tersebut  merupakan tantangan terbesar bagi pemerintah kita untuk memajukan membuat levelnya sama di Indonesia dari barat sampai ke timur, dari sabang sampai merauke.

 

  • Apakah faktor-faktor kunci kesuksesan Anda dalam berkarir di bidang STEM?
    Faktor-faktor kesuksesan yang bisa membawa saya sampai saat ini, adalah yang pertama itu, kita tidak putus asa. Karena setiap level kehidupan pasti punya tantangannya masing-masing. Saya juga kalau flashback ke belakang saya melihat pasti banyak tantangan yang telah saya hadapi, tetapi yang memberikan kekuatan itu pasti iman kita yang kemudian membuat kita tidak putus asa, pada saat kita menghadapi tantangan kita bisa merenung, kita bisa merefleksikan dan untuk mencari jalan keluar, dan saya  juga sharing kepada mahasiswa saya bahwa asal kata putus asah itu tidak kita masukan kedalam kamus hidup kita, maka harapan itu selalu ada untuk kita terus berkembang.

  • Tips apa yang bisa Anda berikan untuk perempuan yang menekuni dan berkarier di bidang STEM?
    Tidak kenal putus asa! Jadi apapun tantangan yang dihadapi pasti ada jalan keluarnya, jadi kita tinggal mencari pembimbing atau mentor untuk diskusi. Kita akan mempunyai banyak cara untuk keluar dari hal tersebut. Jadi selama kita tidak pernah berputus asa pasti ada harapan didepan kita, kalau kita lelah jangan putus asa, istirahat dulu sebentar kemudian kita lanjut lagi. Jadi itu pun yang saya katakan kepada diri saya sendiri sampai saat ini.

 

“As long as we don’t put the word hopeless into our life dictionary, then hope is always there for us to continue to grow”