- Kapan pertama kali Ibu/Anda memutuskan untuk belajar dan berkarir di bidang STEM?
Sejak SMP saya merasa harus melakukan sesuatu tapi tidak tahu apa yang harus dilakukan dan ketika SMA semakin kuat memiliki dorongan untuk memperbaiki keadaan. Setelah lulus kuliah dari jurusan teknik lingkungan, baru merasa ini yang mau dilakukan. Saya memilih bekerja untuk masyarakat lewat lembaga sendiri sehingga tidak bekerja lewat lembaga, kantor, atau perusahaan tertentu tapi melakukan segala sesuatu lewat lembaga sendiri sehingga memiliki kebebasan untuk melakukan berbagai kegiatan dan berkontribusi pada permasalahan yang ada. - Apakah yang mendorong Anda untuk belajar dan berkarir di bidang STEM?
Yang mendorong saya untuk berkarir di bidang STEM adalah dengan munculnya berbagai isu permasalahan lingkungan, hal tersebut mendorong saya memilih bekerja untuk masyarakat lewat lembaga sendiri sehingga tidak bekerja lewat lembaga, kantor, atau perusahaan tertentu tapi melakukan segala sesuatu lewat lembaga sendiri sehingga memiliki kebebasan untuk melakukan berbagai kegiatan dan berkontribusi pada permasalahan yang ada.
Pada tahun 2000, saya membangun organisasi non-profit, yayasan Bali Fokus yang bergerang dalam penyelesaian permasalahan lingkungan.
- Bagaimanakah sistem dukungan untuk perempuan dalam menekuni dan berkarier di bidang STEM di Indonesia?
Di Indonesia juga sudah mulai terdapat banyak dukungan untuk perempuan muda terutama yang baru lulus dan fresh graduate untuk memperdalam bidang STEM, dorongan yang bisa diterapkan di Indonesia bukan hanya mendorong setelah mereka lulus S1 tapi sejak SMA sebaiknya mulai mendorong memperkenalkan insentif dan kegiatan seperti lomba karya ilmiah atau inovasi yang mendorong atau memotivasi keterlibatan perempuan muda terutama untuk mendalami di bidang STEM.
Sistem dukungan lainya untuk perempuan bisa berkarir di bidang STEM ialah menyediakan fasilitas laboratorium yang memadai. Di indonesia masih kurang fasilitas laboratorium jadi jika ingin melakukan penelitian terutama yang terkait dengan chemical atau kimia-kimia yang berbahaya beracun kemudian kimia-kimia yang berdampak pada hormon endocrine, kimia-kimia yang mengganggu hormon endocrine penelitian di Indonesia masih sangat kurang karena fasilitasnya sangat kurang memadai sehingga yang perlu didukung adalah pengadaan laboratorium di Indonesia yang terakreditasi yang bisa memeriksa sampel-sample yang dilakukan oleh para peneliti muda dengan harga yang realistis.
- Apakah faktor-faktor kunci kesuksesan Anda dalam berkarir di bidang STEM?
Kuncinya adalah jangan menyerah dan terus menerus bangkit dan melakukan percobaan dan riset dari suatu hal ke hal lain. Pada satu titik setelah kita berhasil membuktikan bahwa suatu intervensi itu bisa dilakukan siapkan scale up atau upgrade kegiatan ini menjadi skala yang lebih luas dan lebih besar kalau bisa, sampai dengan mengubah secara systemic di level nasional lebih baik lagi. Jika memungkinkan bisa berkontribusi di regional maupun global lebih fantastic lagi. Tapi apa yang kita lakukan tidak selamanya bisa mulus dan sukses dalam satu kali tahap kegiatan, jadi jangan putus asa untuk terus menerus mencoba sampai menemukan formula yang pas lalu uji cobakan lagi kemudian tes lagi minta direview, minta komentar kemudian di upscale.
- Tips apa yang bisa Anda berikan untuk perempuan yang menekuni dan berkarier di bidang STEM?
Saran dari saya jangan mudah menyerah, jangan terpatok pada satu atau dua hal saja. Keep your mind open dengan segala potensi dan peluang yang bisa diraih, bekerja sebanyak mungkin dengan berbagai jaringan atau berbagai pihak, hal itu bisa memperkaya pandangan kita dan pandangan rencana kedepan. Jadi jangan putus asa dan jangan ragu untuk menapak dan berkenalan dengan jaringan atau pihak-pihak di luar lingkaran kita.
“Don’t give up easily, don’t get stuck on just one or two things. Keep your mind open with all the potential and opportunities that can be achieved, work as much as possible with various networks or various parties, it can enrich our views and views of future plans.”