- Kapan pertama kali Ibu/Anda memutuskan untuk belajar dan berkarir di bidang STEM?
Semua itu bermula saat saya menyukai kimia semenjak SMA, jadi saya menyukai kimia karena guru saya sangat supportive, sangat menyenangkan dan sangat mudah untuk dipahami sehingga diantara semua mata pelajaran sains, selain matematika saya sangat menyukai kimia. Kemudian saya melanjutkan S1 Kimia di Universitas Brawijaya setelah lulus S1, saya sempat berkarya sebagai guru sekolah di Ciputra sebagai guru matematika dan sempat sebagai guru kimia, kemudian saya memutuskan untuk melanjutkan studi saya lebih jauh lagi dengan mengambil S2 di Ilmu Farmasi Universitas Airlangga dan setelah lulus, saya berpikir bahwa ilmu yang telah saya peroleh harus saya kembangkan melalui berbagai penelitian yang bisa berdampak bagi masyarakat sehingga akhirnya saya memutuskan untuk bergabung di universitas sebagai seorang dosen.
- Apakah yang mendorong Anda untuk belajar dan berkarir di bidang STEM?
Dorongan dari orang tua saya sangat berpengaruh bagi saya dalam menentukan pilihan studi maupun pilihan karir saya, khususnya ayah saya karena sejak kecil ayah saya selalu berpesan bahwa beliau tidak bisa memberikan apa-apa tidak bisa memberikan warisan apa-apa tetapi hanya bisa memberikan warisan ilmu, jadi hal tersebut yang membackup dan mendorong saya untuk bisa pursuing belajar setinggi mungkin; beliau sangat support dalam pilihan studi apapun dan juga sangat mendukung saya dalam pilihan studi saya khususnya di bidang ilmu kimia baik pada saat melanjutkan studi di S1 maupun pada saat menentukan pilihan karir. Dorongan lain yang membuat saya untuk berkarir di bidang STEM adalah keinginan saya untuk mengembangkan melalui berbagai penelitian yang bisa berdampak bagi masyarakat.
- Bagaimanakah sistem dukungan untuk perempuan dalam menekuni dan berkarier di bidang STEM di Indonesia?
Dukungan di Industri perlu ditingkatkan lagi terutama dalam hal suport untuk kaum perempuan karena kaum putri saat ini, di lingkungan bangsa Indonesia yang masih kaum timur masih memiliki peran ganda, jadi mereka bukan hanya mengembangkan karir di bidang STEM, tetapi juga masih memiliki tuntutan sosial bahwa mereka juga harus berhasil dalam “memiliki karir di bidang rumah tangga” yakni mereka juga berperan sebagai seorang ibu. Hal ini perlu dipikirkan lagi oleh industri dan juga pemerintah untuk memikirkan hal-hal apa yang bisa mendukung karir dari kaum perempuan untuk bisa menekuni karir di bidang STEM. Dukungan bisa diberikan dengan cara:
– memberikan cuti yang cukup mendukung pada saat mereka menjadi seorang ibu yang baru melahirkan.
– Memikirkan tempat penitipan anak di sekitar lingkungan kerja sehingga bisa memberikan keleluasaan bagi seorang ibu muda yang menekuni karir di bidang STEM.
– Memikirkan kesetaraan dari masyarakat khususnya tenaga kerja yang memiliki gender pria untuk harus terus menerus diedukasi agar bisa menerima kaum perempuan yang menekuni
karir di bidang STEM.
- Apakah faktor-faktor kunci kesuksesan Anda dalam berkarir di bidang STEM?
Beberapa faktor kunci menurut saya, yang penting bagi keberhasilan seseorang termasuk juga pencapaian saya hingga saat ini tentu saja berasal dari pengaruh atau pendidikan yang ada dalam keluarga maupun pengalam pribadi. Dan bagaimana saya mengatasi antisipasi tantangan ataupun pengalaman yang muncul dalam hidup saya. Seperti yang telah diajarkan oleh orang tua saya bahwa harus tetap konsisten dan gigih dalam menentukan mencapai apa yang sudah kita cita-citakan, bagaimana kita bisa menemukan arah tujuan kita dan fokus pada goals tersebut, bagaimana kita juga bisa bangkit kembali pada saat kita menghadapi permasalahan dan tantangan. Dari pengalaman saya, dalam hal ini adalah suport dari keluarga, dimana mereka sangat memberikan dukungan yang luar biasa bukan dalam hal material, tetapi dalam dukungan moral dimana mereka selalu mem backup saya dalam hal apapun serta pilihan yang saya pilih pada saat menekuni karir saya hingga saat ini. - Tips apa yang bisa Anda berikan untuk perempuan yang menekuni dan berkarier di bidang STEM?
Untuk berkarir di bidang STEM bagi seorang perempuan, tentu saja menurut saya butuh persistence karena banyaknya tantangan yang dihadapi saat ini. Menurut saya bukan hanya untuk perempuan tetapi bagi semua peneliti, saya fokus di peneliti karena saya di akademisi. Masih banyak tantangan bagi seorang peneliti di Indonesia, bahan dan juga keterbatasan alat-alat penelitian di Indonesia ini menjadi tantangan yang cukup menantang bagi para peneliti bagi putri maupun putra. Bagaimana kita bisa mengatasi tantangan tersebut? Pertama kita harus persistence tetap fokus pada permasalahan kita kemudian kita juga perlu kreatif dengan memikirkan alternatif menyediakan alat ataupun instrumen penelitian yang simpel tetapi bisa menjawab rumusan penelitian kita untuk mengatasi kesulitan dari pengadaan instrumen atau ketersediaan alat sarana dan prasarana tersebut.
Dalam melakukan penelitian, kita harus melihat saat ini untuk memperoleh funding dari pemerintah; kita harus melihat kebutuhan atau pun skema dari penelitian. Saat ini pemerintah Indonesia lebih membagi dua penelitian, yaitu di bidang penelitian dasar dan maupun penelitian terapan. Dan saat ini masih banyak pemerintah memikirkan penelitian terapan. Untuk sukses berkarir sebagai peneliti, maka kita juga perlu melihat sumber-sumber pendanaan yang diberikan oleh pemerintah, serta juga perlu melihat peluang untuk berkolaborasi dengan peneliti-peneliti dari luar indonesia, karena dari situ bisa memperkaya kita, bisa mengembangkan keragaman dari penelitian dan bisa membawa kemajuan untuk karya-karya penelitian di Indonesia.
“Dalam melakukan sesuatu, harus tetap konsisten dan gigih dalam menentukan dan mencapai apa yang sudah kita cita-citakan, serta harus bisa menemukan arah tujuan dan fokus pada goals tersebut kemudian selanjutnya bagaimana caranya agar bangkit kembali pada saat menghadapi permasalahan dan tantangan”